• Posted by : Kawateru Mei 07, 2013


    Melonguane, KOMENTAR - Pisang Abaka Talaud yang disebut-sebut memiliki kualitas nomor satu dunia untuk dijadikan bahan baku pembuatan uang kertas dollar AS, ternyata sudah dilirik dua perusahaan yang siap melakukan ekspor ke negeri Paman Sam. Hal ini disampaikan Bupati Talaud, Drs Contantine Ganggali ME melalui Sekretaris Daerah Ir Djemi Gagola MSi ME.
    Menurut Gagola, saat ini ada dua perusahaan kertas dalam negeri, yakni PT Dharma Berdikari dan PT Kertas Leces yang siap membeli hasil produksi serat dari pisang abaka tersebut melalui kontrak yang telah ditandatangani antara pemerintah daerah Talaud dengan perusahaan tersebut rapa waktu lalu.

    “Dari hasil pembelian hasil produksi serat abaka Talaud yang sekarang ini harganya mencapai Rp 350 ribu per kilogram ini, oleh kedua perusahaan tersebut akan diekspor ke AS (Amerika Serikat) untuk dijadikan bahan baku utama untuk pembuatan uang kertas Dollar AS,” ungkap Gagola.
    Karena menurutnya, serat pisang abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud ini kualitasnya nomor satu di dunia. Di mana pisang abaka di wilayah ini adalah jenis abaka merah yang seratnya sangat kuat. “Dari 100 hektar lebih tanaman pisang abaka yang dikembangkan saat ini, sebagian telah dipanen dan hasil sangat berarti bagi peningkatan ekonomi masyarakat,” ujar Gagola.
    Dikatakannya, terkait dengan potensi serta kualitas abaka di Talaud yang dinilai sangat besar dan cemerlang, pihak perusahaan pembeli hasil produksi serat abaka itu merespon dengan memberikan bantuan mesin paras rumput dan sarana lainnya yang dianggap mendukung lajunya pengembangan abaka.
    “Bahkan ke depannya jika tanaman pisang abaka di Kabupaten Talaud sudah mencapai 5.000 hektar, maka pihak investor akan mendirikan pabrik kertas di Kabupaten Kepulauan Talaud. Dan jika dimaksimalkan semua lahan tidur ditanami abaka, maka dipastikan pendirian pabrik kertas di Talaud bisa terealisasi tahun depan,” kata Gagola.
    Ia menambahkan, untuk saat ini kebutuhan permintaan serat abaka dari beberapa perusahaan kertas raksana di dunia sangat besar, terutama jenis abaka merah. Sedangkan untuk jenis abaka putih, kata Gagola, tergolong nomor dua.

    Secara terpisah Anggota DPRD dapil Nusa Utara dr Ivone Bentelu mengatakan, pengembangan tanaman ini perlu diseriusi pemerintah.
    “Tanaman pisang abaka saya ketahui saat reses di Talaud waktu lalu. Memang sangat potensial dan membuktikan daerah kita kaya. Bahkan sempat investor datang. Namun sudah dalam tahap produksi tapi mandek lagi. Investor lalu sudah tak kembali lagi. Mungkin karena infrastruktur di sana. Ini sangat disayangkan. Padahal ini adalah potensial dan bisa menguntungkan masyarakat,” ungkap Bentelu.
    Dirinya juga menegaskan, tanaman pisang abaka bisa digunakan sebagai bahan baku uang rupiah. “Kalau bisa digunakan bahan baku uang dollar, tentu bisa juga digunakan bahan baku uang rupiah. Dan pak gubernur sudah berkoordinasi dengan pihak BI terkait masalah ini,” sambungnya.
    Untuk itu, Bentelu mengharapkan pemerintah bisa lebih proaktif lagi terkait tanaman pisang ini. “Pemerintah kabupaten dan pemerintah propinsi harus lebih proaktif lagi promosikan ini.

    Senada diungkapkan personel Komisi II, Teddy Kumaat. Menurutnya, pemkab dan pemprop harus ambil langkah cepat dan tepat. Bahkan dirinya mengusulkan agar bisa langsung berkoordinasi dengan pihak Kedubes AS di Jakarta. “Kalau perlu pergi ke Kedubes AS dan jelaskan soal tanaman pisang abaka ini. Harus promosi, karena masalah pemasaran selalu menjadi hambatan bagi kita. Bisa juga pergi ke atase perdagangan, yang pasti harus promosi dan pemasaran harus tepat,” ungkap Kumaat.(ric/mon).

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    Kawateru - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan